Jumat, 04 September 2009

Made In China

Seorang karyawan toko komputer kebingungan ketika Johan datang sambil marah-marah dan mengembalikan komputer yang baru dibelinya dua hari yang lalu.

Karyawan : ”Ada apa dengan komputer ini, Pak?”
Johan : ”Komputer ini jelek! Saya mau kembalikan dan kamu harus mengembalikan uang saya.”
Karyawan : ”Apakah komputernya tidak jalan, Pak?”
Johan : ”Bukan itu masalahnya.”
Karyawan : ”Apakah komputernya lambat, Pak?”
Johan : ”Bukan itu masalahnya.”
Karyawan : ”Jadi apa masalahnya sehingga Bapak menyebut komputer ini jelek?”
Johan : ”Fasilitas Text To Speech-nya ngaco! Saya sering menggunakan fasilitas itu supaya komputer bisa membacakan email-email yang ada di Inbox. Atau untuk membacakan buku-buku elektronik. Jadi saya tinggal mendengarkan saja. Nah, komputer yang baru ini aneh banget waktu membacakan teks. Masa dia tidak bisa membacakan huruf r. Jadi sewaktu membacakan teks, komputer ini seperti orang cadel. Contohnya, kalau ada teks ‘This is a car’, si komputer akan membacanya dengan ‘This is a cal’. Komputer saya yang lama tidak ada masalah seperti itu.”
Karyawan : “Oh… itu sih biasa Pak. Kan komputer ini Made in China. Jadinya sulit untuk bilang r.”

Semuanya Bisa, Kecuali...

Seorang bos sedang mewawancarai seorang calon karyawan yang melamar sebagai manajer EDP.

Bos : ”Tentunya Anda bisa menggunakan komputer PC, bukan?”
Pelamar : ”Tentu saja bisa, Pak!”
Bos : ”Server di perusahaan ini menggunakan mini computer IBM AS 400. Apakah Anda bisa menggunakannya?”
Pelamar : ”Bisa, Pak!”
Bos : ”Kemudian para karyawan di bagian desain menggunakan komputer Macintosh. Apakah Anda juga bisa menggunakan komputer Macintosh?”
Pelamar : ”Tidak ada masalah, Pak!”
Bos : ”Dan untuk para staff di lapangan, mereka semua dibekali dengan PDA untuk menginput data transaksi penjualan. Apakah Anda juga bisa menggunakan PDA?”
Pelamar : ”Itu sih mudah, Pak!”
Bos : ”Anda sungguh luar biasa! Biasanya mereka yang melamar kerja di sini hanya menguasai PC saja. Mereka umumnya belum pernah menggunakan komputer Macintosh, PDA, atau mini computer. Tapi Anda bisa menggunakan semua jenis komputer itu. Selamat, Anda diterima di perusahaan ini.”
Pelamar : ”Terima kasih, Pak!”
Bos : ”Tapi ngomong-ngomong ada tidak yang Anda tidak bisa?”
Pelamar : ”Anu... saya... saya tidak bisa membeli komputer-komputer yang baru saja Bapak sebutkan.”

Ini Dia Tombol Any


Second Life

Seorang dosen fakultas Teknologi Informasi, sedang menjelaskan kepada para mahasiswanya tentang game Second Life yang merupakan game online terfavorit di seluruh dunia. Game yang sangat fenomenal ini permainannya mirip seperti game The Sims, tapi perbedaannya adalah uang yang digunakan di dalam game ini adalah uang sungguhan.

Dosen : ”Untuk dapat bermain game Second Life, kalian harus masuk ke websitenya terlebih dulu. Lalu kalian download gamenya. Sesudah diinstal, baru kalian bisa bermain. Tapi terlebih dulu kalian harus membuat sebuah avatar, atau tokoh yang akan kalian gunakan. Di game Second Life tersedia banyak sekali pilihan avatar yang dapat digunakan.”

Dosen : ”Sesudah membuat avatar, maka avatar kalian akan hidup di dalam game Second Life. Sama seperti manusia di kehidupan nyata, si avatar ini juga harus makan, harus memiliki pakaian, harus memiliki tempat tinggal, dan harus bersosialisai. Yang membuat game Second Life ini menarik adalah ketika si avatar ini hendak membeli makanan atau ketika si avatar ini hendak membeli pakaian, maka uang yang digunakan di dalam game ini adalah uang sungguhan. Jadi kita sebagai pemainnya harus menyetorkan sejumlah uang sungguhan ke dalam game ini menggunakan kartu kredit.”

Mahasiswa : ”Wah, kalau begitu sih para pemainnya harus mengeluarkan uang banyak dong! Apanya yang menarik, Pak?”

Dosen : ”Begini... game Second Life ini menyediakan bahasa pemrograman yang bisa digunakan oleh para pemainnya untuk berkreasi membuat macam-macam barang. Misalnya, ada pemain yang membuat pakaian dengan bahasa pemrograman tersebut, lalu pakaian yang dibuatnya itu dijual kepada avatar lain. Ketika ia menerima uang hasil dari penjualan pakaian tersebut, uang itu merupakan uang sungguhan. Nah, menarik bukan? Jadi di dalam game ini kita bisa membuat sesuatu, lalu kita menjualnya, dan kita mendapatkan pembayaran berupa uang sungguhan!”

Dosen : ”Sudah banyak orang yang sukses, menghasilkan ribuan hingga ratusan ribu dollar sungguhan dari game Second Life ini. Ada orang yang membuat restoran, lalu banyak avatar yang makan di resto tersebut. Ada orang yang membuat apartemen kemudian menyewakannya kepada para avatar lain. OK, sekarang saya akan memberikan tugas kepada kalian sehubungan dengan game Second Life ini. Tugasnya adalah, coba kalian bermain game Second Life, dan kalian harus mencoba untuk mendapatkan uang dari game ini. Mengerti?”

Mahasiswa : ”Apa yang harus kita kerjakan supaya bisa mendapatkan uang, Pak?”

Dosen : ”Itu terserah kalian. Di dalam game ini, kalian bisa melakukan atau berbisnis apa saja. Yang penting adalah menghasilkan uang! Saya beri waktu satu bulan. Bulan depan akan saya lihat siapa saja yang berhasil memanfaatkan game ini untuk mendapatkan penghasilan. Mengerti?”

Mahasiswa : ”Mengerti, Paaaaaak!!!”


Satu bulan kemudian, sang dosen pun menanyakan hasil dari memainkan game Second Life ini. Ternyata dari sekitar empat puluh orang mahasiswanya, hanya tiga orang saja yang berhasil mendapatkan uang dari game online tersebut. Lalu disuruhnya ketiga orang ini untuk mempresentasikan apa saja yang sudah mereka perbuat.

Mahasiswa 1 : ”Game ini sungguh luar biasa! Selama satu bulan ini saya sudah mendapatkan keuntungan sekitar lima juta rupiah. Yang saya lakukan sebenarnya sederhana saja. Saya terinspirasi dari kehidupan nyata yang sehari-hari ada di sekitar kita. Ketika saya membuat avatar, saya membuat avatar yang mukanya jelek, tubuhnya kurus dan kotor, lalu avatar itu saya berikan baju yang sudah compang camping. Ketika bertemu dengan avatar lain di dalam game, avatar saya akan mengangkat tangannya dan berkata, ’Kasihanilah saya. Saya belum makan selama tiga hari. Saya tidak punya uang untuk membeli makanan. ’ Dan biasanya para avatar lain akan merasa iba dan memberikan sedikit uang. Nah itulah yang saya lakukan di game Second Life, yaitu menjadi pengemis!”

Mahasiswi 2 : ”Saya setuju dengan pendapat teman saya sebelumnya. Ternyata game ini benar-benar bisa memberikan penghasilan yang nyata dalam jumlah yang besar pula. Penghasilan yang saya dapatkan selama satu bulan ini adalah dua puluh juta rupiah. Di game Second Life ini saya berprofesi sebagai seorang PSK. Makanya saya membuat avatar yang berwajah cantik, bertubuh aduhai, dan berpakaian sexy. Ternyata banyak avatar lain yang mengajak saya kencan. Dan setiap kali kencan saya bisa mendapatkan uang sebesar satu juta rupiah.”

Mahasiswa 3 : “Wah, ternyata saya yang berhasil mendapatkan uang paling banyak dari game Second Life. Hanya dalam waktu satu bulan saja saya bisa mendapatkan uang sebesar seratus juta rupiah. Yang saya lakukan adalah memanfaatkan bahasa pemrograman yang disediakan untuk membuat sebuah pistol. Kemudian pistol ini dibawa-bawa dan digunakan oleh avatar saya. Setiap kali bertemu dengan avatar lain, avatar saya akan mengacungkan pistolnya sambil berkata, ’Serahkan uangmu, atau kepalamu akan saya tembak!’

Upgrade PC

Benny membawa komputernya ke sebuah toko komputer. Ia ingin meng-upgrade komputer tersebut karena ia merasa tidak nyaman dengan komputernya yang sangat lambat.

Pemilik Toko : ”Selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?”
Benny : ”Saya ingin mengupgrade komputer saya. Komputer saya lambat banget. Bikin kesel saja.”
Pemilik Toko : ”Kalau boleh tahu biasanya Bapak menggunakan komputer untuk apa?”
Benny : ”Saya cuma pake untuk internetan aja. Kalau untuk email dan chatting sih gak masalah. Tapi kalau saya mau buka Friendster atau nonton film di YouTube, buset lama banget nungguinnya.”
Pemilik Toko : “OK… coba saya cek dulu spesifikasi komputernya.”

Dan si pemilik toko pun membuka casing komputer yang dibawa oleh Benny. Setelah mengamati beberapa saat…

Pemilik Toko : “Oh, pantas saja lambat. Ini prosesornya masih dual core. Sekarang jamannya prosesor quad core. Prosesornya mau diganti, Pak?”
Benny : “Ganti saja!”
Pemilik Toko : “Terus ini RAM-nya cuma 1 giga. Kalau mau lebih cepet sih mendingan dipakein yang 2 giga. Bapak tinggal tambah 1 giga lagi. Gimana Pak, mau ditambah RAM-nya?”
Benny : ”Tambah aja!”
Pemilik Toko : ”Wah, ini hard disknya udah lama yah Pak. Kapasitasnya cuma 200 giga. Sekarang sih komputer-komputer udah pake yang 1 tera. Lima kali lipat lebih canggih.”
Benny : ”Ganti aja! Kalau ada yang 2 tera, sekalian aja dengan yang 2 tera.”
Pemilik Toko : ”Kartu grafiknya juga cuma 512 mega. Bagusnya sih kalau pakai yang 1 giga.”
Benny : ”Ganti aja!”
Pemilik Toko : ”Nah, terakhir yang ini nih. Modemnya! Komputer Bapak masih pake modem biasa. Sekarang mah jamannya modem HSDPA. Seratus kali lebih cepat dari pada modem yang lama. Mau diganti sekalian, Pak?”
Benny : ”Ganti aja!”

Sesampainya di rumah, Benny pun mencoba komputernya yang baru saja diupgrade. Dan ia pun menjadi sangat puas, karena sekarang ia bisa membuka Friendster dengan sangat cepat dan menonton film di YouTube pun menjadi nyaman. Di dalam hati Benny berpikir, ”Gak percuma gua ngeluarin duit lima juta buat upgrade komputer. Sekarang internetan jadi asyik banget!”

Sementara si pemilik toko pun tersenyum sambil berpikir, ”Terima kasih Tuhan untuk berkatMu pada hari ini. Tuhan tolong kirimkan lebih banyak lagi orang-orang yang gaptek untuk berbelanja di toko ini. Amin.”

Gara-gara Terlalu Pendek

Fernandus, yang sehari-hari dipanggil Feri, sangat tidak suka bila ada orang yang menyebutnya pendek. Padahal ia sesungguhnya memang sangat pendek, bahkan boleh dibilang cebol. Umurnya sudah 20 tahun, tapi tingginya cuma 1 meter. Entah sudah berapa banyak teman sekolahnya yang kena amukannya gara-gara menyinggung masalah tinggi badan.

Suatu hari, Fernandus pernah mengamuk di sebuah warnet. Ketika sedang asyik online, tiba-tiba ia membanting monitor yang ada dihadapannya. Setelah diselidiki, ternyata saat itu ia sedang membuat sebuah account email di Yahoo. Pada saat diminta memasukkan password yang akan digunakan, Fernandus mengetikkan nama panggilannya ke dalam kotak isian Password. Dan kemudian di layar muncul keterangan: ”Password ditolak. Terlalu pendek.”. Itulah yang membuatnya tiba-tiba mengamuk.

Jumat, 28 Agustus 2009

Guru Tidak Konsisten

Sepulang dari sekolah, seorang murid kelas tiga SD mengadu kepada ayahnya.

Anak : ”Ayah, mulai besok aku tidak mau sekolah lagi ah!”

Ayah : ”Lho, kenapa? Apa ada yang nakal di sekolahmu?”

Anak : ”Tidak, Ayah. Aku kesal dengan guru-guru di sekolah!”

Ayah : ”Memangnya ada masalah apa dengan guru-guru di sekolah?”

Anak : ”Guru-guru itu tidak konsisten dalam mengajar. Guru yang satu bilang A. Guru yang lain bilang B. Aku kan jadi bingung.”

Ayah : ”Coba ceritakan lagi dengan lebih jelas. Ayah masih belum paham.”

Anak : ”Tadi pagi waktu pelajaran komputer, pak Agus bertanya siapa yang tahu Bahasa Indonesianya ’mouse’. Waktu aku jawab ’tikus’, kata pak Agus itu salah. Jawaban yang benar adalah ’tetikus’. Kemudian berikutnya waktu pelajaran Bahasa Inggris, ibu Cindy bertanya siapa yang tahu Bahasa Indonesianya ’mouse’. Waktu aku jawab ’tetikus’, eh... salah juga. Kata ibu Cindy jawaban yang benar tuh adalah ’tikus’.”